Translate

Sabtu, 20 September 2014

RISING STAR INDONESIA TERNODA


Rising Star Indonesia, 'Ternoda' Anang dan
Ahmad Dhani
56 Tahun Michael Jackson, Antara
Penghormatan dan Pengkhianatan pada Sang
Mega Bintang
Tip Buat Penyanyi "Spontanitas"
Rock In Solo "Decade Of Rebellion"
Di Balik Panggung Mahakarya HUT RCTI ke-25
Musik, Makanan Bergizi dan Peradaban
Memory Remains (menolak move on Metallica
JKT25)
Suara Emas Diva Indonesia
AT Mahmud, Pencipta Jenius Lagu Anak
Menangkap Ide Membuat Lagu dari Peristiwa
HUT RCTI, Super Junior Membuat Banyak
Penonton Pingsan
Musik, Bandung, dan Tourism
Astronot Itu Bernama Lesti
Rising Star Indonesia, 'Ternoda' Anang
dan Ahmad Dhani
SEJAK Kamis malam pukul sembilan di RCTI,
acara baru Rising Star Indonesia ditayangkan
perdana. Acara pencarian bakat menyanyi di
stasiun TV swasta tertua di Indonesia ini
memang selalu berpotensi untuk populer.
Sebelumnya RCTI membeli hak cipta American
Idol, muncullah Indonesian Idol yang pernah
bersaing ketat dengan Akademi Fantasi Indosiar
di medio era 2000'an. Indonesian Idol bertahan
hingga tahun terakhirnya pada 2014 dan meraup
kesuksesan dalam perolehan rating.
RCTI juga membeli hak cipta ajang pencarian
bakat di Amerika lain, muncullah The X Factor
Indonesia pada 2013. Kehadiran Fatin di era itu
menjadi fenomena tersendiri. Suara jazzy dan
penampilannya membawanya disukai banyak
voter Indonesia. Tak hanya itu Fatin juga unggul
dalam AMI 2014. Sesuatu yang jarang diperoleh
bagi solois jebolan pencarian bakat selama dua
dekade terakhir.
Kini setelah RCTI menghelat Mahakarya HUT
ke-25-nya yang terbilang 'narsis', RCTI
memunculkan Rising Star Indonesia. Benang
merahnya sama, mencari solois, grup vokal,
atau band yang mampu menyanyi dan
menghibur masyarakat. Sama seperti The X
Factor, tidak ada batasan usia bagi para
pesertanya. Solois maupun kelompok juga
diperkenankan.
Yang membedakan adalah perolehan pemenag
tidak ditentukan lewat SMS atau voting online,
melainkan lewat aplikasi yang harus di
download di smartphone masing-masing. Setiap
peserta akan tampil dalam panggung dengan
layar big screen tertutup. Layar akan terbuka
lebar dan ia bisa berhadapan langsung dengan
audiens dan juri (expert), itu pun jika nilai yang
ia peroleh di atas 70 persen. Di sini keempat
expert memiliki poin paling tinggi di antara para
voter biasa.
Wajah-wajah Lama demi Rating
Lupakan Daniel Mananta yang dinilai sebagian
orang kurang punya wawasan bermusik
sekalipun jebolan MTV VJ Hunt, ada juniornya
yang lebih segar membawakan. Adalah Boy
William, 22 tahun, yang masih membawakan
acara musik khusus di NET. Boy terlihat lebih
memiliki wawasan bermusik dan tampil lebih
spontan. Meskipun pada suatu kesempatan ia
terlihat tidak terlalu formal.
Yang menarik, kehadiran Bebi Romeo membuat
tayangan ini sekilas tak jauh berbeda dengan X
Factor Indonesia. Namun kehadiran tiga juri lain
pada episode pertama, membuat keberadaan
Bebi tak dianggap mengapa. Ada tiga juri lain
yang punya kelas sendiri. Ada penyanyi jazz
Andien yang mengawali karier kala usianya 15
tahun, ada Millaine mantan VJ dan juga pernah
menjadi penyanyi rekaman, ada pula personel
KLA Project, Lilo.
Namun pada epidose pertama muncul Ahmad
Dhani yang entah seberapa harus ditanya-tanya
mengenai penampilan kontestan. Apakah ini
agar tayangan dianggap lebih menarik sehingga
ada 'juri additional'? Bagi saya keberadaan
Ahmad Dhani tak begitu diperlukan. Dia bahkan
bukan juri/expert.
Pada episode kedua, aroma 'kehancuran' mulai
tercium saat Anang tiba-tiba muncul di
panggung sebagai salah satu expert. Awalnya
saya menyambut amat apresiatif RSI ini, namun
saat melihat sosok itu, wah sudah angkat
tangan. Bisa dibayangkan bagaimana gaya
cengangas-cengenges Anang yang kurang
menunjukkan kelas, bagaimana ia gemar
menyerobot komentar juri, bagaimana ia
membuat dirinya 'bersitegang' dengan juri lain
sebagaimana khas Indonesian Idol.
Hal ini jelas sangat disayangkan, seakan-akan
RCTI kehabisan stok dalam mencari juri yang
lebih berkelas dan antimainstream. Padahal
sebelumnya ada Lilo yang pada episode kali ini
tidak diundang. Apakah karena Lilo dianggap
kurang mampu menaikkan rating? Atau karena
komentarnya tidak menarik? Mengingat
sebelumnya komentarnya terdengar inkonsisten.
Di suatu waktu menganggap satu solois meniru
gaya penyanyi lain, tapi Lilo bahkan tak tahu
kalau lagu yang dibawakan peserta adalah lagu
Ariana Grande.
'Ternoda' Anang dan Ahmad Dhani
Anang dan Ahmad Dhani adalah maestro
bermusik Tanah Air yang patut mendapatkan
apresiasi atas karya-karyanya. Tapi mereka
berdua sudah identik dengan Indonesian Idol
dengan gaya-gaya nyeleneh mereka. Sangat
disayangkan kalau mereka harus ditempelkan
dalam tayangan baru Rising Star Indonesia.
Aroma 'kelasnya' jadi dirasa turun. Semoga
Anang atau Dhani tak diikutsertakan lagi di
episode-episode lainnya. Ada banyak juri yang
mampu mengolah bahasa dengan baik dan lebih
punya sense saat memberikan komentar.
Namun jika Anang dan Dhani masih digunakan
RCTI dalam acara RSI, bisa dipastikan
jawabannya adalah agar program mendapatkan
rating menjulang. Anang Dhani dianggap punya
cara berkomentar yang entertaining, yang bisa
menyentuh masyarakat 'kelas bawah'. Tapi juga
jangan salahkan ada beberapa penonton yang
tak mengharapkan keduanya tampil lagi sebagai
juri. Rising Star Indonesia jadi 'tak ekslusif' lagi.
RSI seperti saduran X Factor Indonesia dan
Indonesian idol. Bagi saya keberadaan Anang
membuat sesi komentar harus 'dilewatkan'.
Komentar itu-itu saja, tidak substansial,
menyaksikannya sama dengan menyaksikan
komedi tidak lucu berdurasi 10 menit
RSI masih dalam tahap audisi dan belum masuk
babak final. Tidak seperti episode pertama,
episode kedua ini diisi penuh oleh sesi
komentar yang berlangsung lebih lama.
Sepertinya 'penyakit' RCTI kambuh lagi. Sengaja
menumbuhkan drama di meja juri. Padahal ini
acara musik, orang-orang ingin mendengar dan
menyaksikan orang bernyanyi, bukan ingin
menyaksikan silat lidah juri atau obrolan
mereka. Kita tunggu sampai sejauh mana acara
ini berhasil.
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar