Translate

Senin, 08 September 2014

GALODO PASIAH LAWEH ( KEMBALI DI POS KAN)

MASYARAKAT SETEMPAT DI SEKITAR LERENG GUNUNG MERAPI jaMBAK ULU ' BULAN SARIAK BATUR" LUBUAK ATAM SUNGAI JAMBU"  DI KEJUTKAN OLEH BUNYI AYIAH GODANG DARI ateh gunung marapi." Rupo  nyo galodo " batang air " di penuhi air besar " serta batu batuan  hanyutkan oleh air itu "sungai yang semula " kecil kini menjadi besar akibat galodo itu" menurut cerita urang tuo dulu " di sini ada  juga cerita mistis nya " konon kata  nya ada  ula gadang atau ular naga yang sudah tua"ingin mati karna sudah tua " maka naga  itu segaja membentangkan tubuh nya sehinga seperti membuat danau " hinga  air danau itu melimpah " hinga tubuh naga terseebut  tak mampu lagi untuk menahan air danau tersebut  ahir nya  " ular itu hanyat bersama gallodo gadang tu"""
-------simak aja  fakta betikut------
------------------
Galodo Landa Kabupaten Tanah Datar dan Agam
Puluhan Rumah Rusak, Satu Tewas
Galodo atau limpahan air deras akibat curah hujan
yang menyeret tanah dan bebatuan Gunung Merapi
melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Tanah
Datar dan tiga kecamatan di Ka™bupaten Agam,
Sumatera Barat
Galodo Landa Kabupaten Tanah Datar dan Agam
Puluhan Rumah Rusak, Satu Tewas
Galodo atau limpahan air deras akibat curah hujan
yang menyeret tanah dan bebatuan Gunung Merapi
melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Tanah
Datar dan tiga kecamatan di Kabupaten Agam,
Sumatera Barat, Senin (30/3) pukul 07.15.
--------------------------------
Semua kecamatan yang kebanjiran letak di kaki
Gunung Merapi. Kejadian terparah di Kabupaten
Tanah Datar. Hingga Senin malam, 788 warga di
Kabupaten Tanah Datar terpaksa mengungsi
karena kehilangan rumah serta sekuruh harta
benda mereka. Dari pengamatan di lapangan di
Nagari Pasie Laweh-tempat yang mengalami
kerusakan terparah-dua jorong yakni Babussalam
dan Ekor Koto, tertutup lumpur tanah, bebatuan
besar, serta pohon-pohon tumbang., sejumlah
rumah rusak parah.
Sumber : Kompas, 31/03/2009
Banjir Bandang Sumbar,  Mengungsi 
Bangunan Rusak Berat
Banjir bandang disertai tanah longsor di Sumatera,z!
Barat melanda 9 kecamatan di Kabupaten Tanah
Datar dan Kabupaten Agam. sementar
orang dinyatakan: hilang derasnya air.
Bencana yang memiliki istilah lokal Galodo ini juga
menimbulkan kerugian materiaz!zsaxl di Kabupaten
Tanah Datar. Sebanyak 5 jZZembatan ambruk, 11
kerbau hanyut, dan ratusan
lumpur. Sedikitnya 120 jiwa terisolasi di Tanah
Datar.
Sumber!! : SIB, 31/03/2009z
Sungai Sariak Kembali f Galodo
Pagi menjelang siang, Senin (30/3) sekitar pukul
07.30 Wib, masyarakat Jorong Sungai Sariak
Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso, Kabupaten
Agazm kembali dikejuzztkan musibah bencana alam
galodo gunung Merapi. Bencana itu mengingatkan
warga pada galodo yang terjadi 30 tahun silam.
Kerugian akibat bencana alam galodo gunung
Merapi di Jorong Sungai Sariak mencapai
Rp3.742.000.000. Kerugian itu meliputi sebuah
jembatan Parak Calak rusak parah, hamparan
sawah sekitar 30 hektare porakporanda, sejumlah
pohon kelapa tumbang dan seekor ternak kerbau
milik Amzar St. Rajo Intan turut mati dihanyutkan
air bah.
Jika hamparan sawah di Jorong Sungai Sariak
Nagari Koto Tinggi mengalami rusak parah, pada
aliran sungai Batang Agam Nagari Padang Tarok
hamparan sawah terban masuk sungai Batang
Agam.
Bencana alam galodo juga terjadi di kawasan
Kecamatan Canduang dan Ampek Angkek.
Informasi terakhir yang diperoleh Singgalang dari
Posko penanggulangan bencana Kecamatan
Canduang, kerugian ditaksir Rp10 miliar lebih,
belum termasuk di Kecamatan Ampek Angkek.
Sumber http://hariansinggalang.co.id , 31/03/2009
Galodo di Candung, Baso dan IV Angkek 133 KK
Terisolasi, Kerugian Rp15 Miliar
Tiga kecamatan, masing-masing Kecamatan
Candung, Baso dan IV Angkek, Kecamatan
Candung Kabupaten Agam, Senin (30/3), sekitar
pukul 06.00 Wib dihantam musibah air bah galodo.
Akibatnya, sekitar 130 KK di Jorong Puti Ramuah
terisolasi.
Bencana itu juga menghancurkan sekitar 19,5
hektare persawahan masyarakat siap panen hancur
dan 6 jembatan rusak, 4 di antaranya terletak di
Simpang Bukik, Jorong Lurah Ampuah, Batang
Sikuau, Puti Ramuah, 100 Janjang dan di Jorong
Lasi Mudo.
Selain itu, 4 bendungan dan 13 pintu air juga
mengalami rusak berat, 1 langgar, 1 tiang listrik
rusak ringan, dan dam kantor walinagari juga
rusak berat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ditemukan
adanya korban jiwa. Hanya saja, empat ekor kerbau
ditemukan warga mati di Sungai Angek Kecamatan
Baso karena terbawa galodo. Kerugian materi
sementara diperkirakan sekitar Rp15 miliar.
“Jembatan di Jorong Puti Ramuah yang rusak
berat akan segera diperbaiki kapan perlu dengan
jembatan darurat saja. Kalau tidak, maka sekitar
130 KK yang berada di Jorong tersebut akan lama
terisolasi. Kita berharap jembatan ini cepat kita
antisipasi supaya warga tidak terisolasi,’’ ujar
Camat Candung Monisfar, S.Sos.
Pemandangan di Jorong Puti Ramuah sangat
memilukan hati, karena banyak warga yang
kembali dari pasar Baso tidak bisa kembali ke
rumahnya lantaran jembatan di jorong tersebut
rusak berat.
Bupati Agam, Aristo Munandar yang hadir di lokasi
galodo menyebutkan, lokasi terparah akibat galodo
ini yaitu di Kecamatan Candung tepatnya di Jorong
Labuang. Sedangkan untuk Jorong Puti Ramuih
yang terisolasi, pihaknya sedang berusaha
membangun jembatan darurat.
sumber : http://hariansinggalang.co.id ,
31/03/2009
Sumbar Berduka : Galodo di Agam dan Tanahdatar,
Solsel Banjir, Kabupaten Solok Longsor
Galodo kembali menebar maut dan kerugian
materil di Sumbar. Kali ini menghantam daerah
Baso Kabupaten Agam dan Pasia Laweh,
Kecamatan Sungaitarab, Kabupaten Tanahdata.
Selain itu, musibah banjir juga melanda Solok
Selatan dan Kabupaten Solok dilanda longsor.
Dalam peristiwa kemarin, dilaporkan satu nyawa
melayang, dua hilang dan dua korban dirawat.
Sedangkan, kerugian materil yang dialami kedua
daerah yang dilanda galodo mencapai Rp 35 miliar,
dari kehancuran sarana dan prasarana pertanain,
transportasi dan rumah warga serta fasilitas umum
lainnya.
Kejadian itu diawali bunyi “Patuih Tungga” (petir
tunggal) dan ditingkahi gemuruh bebatuan yang
terban dari kaki Gunung Marapi, Nagari Pasia
Laweh Kecamatan Sungaitarab luluh lantak oleh
ribuan kubik material bebatuan dan air bah, tidak
hanya sampai di nagari ini, air bah yang
menggulung bak raksasa itu terus menghantam
pemukiman masyarakat yang ada di hilirnya seperti
Jorong Mandahiliang, Tigo Batua dan Koto
Panjang, Nagari Sungai Tarab.
Air bah yang menghantam Pasia Laweh ini berasal
dari Sungai Batang Sampik, sebuah sungai yang
tidak terlalu besar terletak di kaki Gunung Marapi.
Sungai ini sendiri terletak di celah dua buah bukit.
Disebutkan Wali Jorong Babusalam Muswar D,
secara berkala sebenarnya warga Pasia Laweh
melihat aliran sungai yang terletak tepat di atas
nagari mereka itu, tujuannya untuk mengantisipasi
jangan sampai hulu air itu terhalang kayu dan
longsoran yang berakibat munculnya bendungan.
Sebab pada galodo Pasia Laweh tahun 1979 silam,
penyebabnya diperkirakan akibat bobolnya
bendung alami di Batang Sampik. Terakhir warga
setempat membersihkan aliran Batang Sampik
tahun 2007 lalu.
POSMETRO yang sampai di lokasi pukul 10.00 ,WIB
melihat ribuan kubik bebatuan dengan diameter
antara satu hingga tiga meter bertebaran di lokasi
selain itu terlihat pula batang kayu dengan
diameter bervariasi.
Sumber : http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Tiga Ribu Rumah Gelap Gulita, Longsor Rugikan
PLN Rp 350 Juta
Bencana longsor dan banjir bandang di tiga daerah
Sumbar (Tanahdata, Agam dan Sawahlunto-red)
tidak hanya merusak rumah dan persawahan milik
warga. Namun juga instalasi listrik milik PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di Kecamatan
Sungai Tarab, Nagari Pasia Laweh dan Kecamatan
Pariyangan sekitar 3 ribu kk pelanggan terkena
pemadaman.
Diperkirakan tiga hari ke depan semua kerusakan
bisa diperbaiki. Saat ini, petugas PLN Ranting
Batusangka Cabang Payokumbuah, dibantu AKLI/
AKLINDO sedang melakukan perbaikan jaringan
listrik. “Untuk sementara sistem sudah dimanuver
dari Padang Panjang dan Gardu Induk Salak. Kita
harapkan kerusakan ini cepat teratasi. Jika listrik
rusak, tentu warga semakin susah karena tidak ada
penerangan,” kata Humas PLN Sumbar Asril K.
Sumber http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Di Agam Tiga Jembatan Hancur
Tiga jembatan hancur, 13 unit pintu air irigasi dan
empat unit bendungan di Kecamatan Canduang
dan Lasi, hanyut dibawa air bah (galodo), Senin
(30/3). Akibatnya, ratusan hektare sawah yang ada
di tiga kecamatan (Kecamatan Baso, Canduang dan
IV Angkek) terancam menjadi sawah tadah hujan.
Air bah tersebut berasal dari aliran Sarasah Gadang
dan Sarasah Simalanca di Gunuang Marapi.
Kawasan yang terkena galodo ini, bukanlah yang
pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 1978,
kejadian serupa pernah terjadi. Waktu itu, banyak
korban jiwa berjatuhan. Selanjutnya, kejadian
serupa juga terjadi pada 1994.
Ketua DPRD Sumbar H Leonardy Harmainy SIP Dt
Bandaro Basa yang mengunjungi lokasi musibah
bersama Bupati Agam Aristo Munandar
menyebutkan, galodo (air bah-red) yang terjadi ini
akibat terjadinya penyempitan di sepanjang badan
sungai yang airnya berasal dari Gunuang Merapi
itu.
Menurut Leonardy, kejadian yang berulang untuk
yang ketiga kalinya ini, merupakan kegagalan dari
Dinas PSDA (Pemberdayaan Sumber Daya Air)
dalam mengidentifikasi penyempitan yang terjadi di
sungai tersebut. “Saya telah menyarankan PSDA
semenjak dua tahun lalu, untuk melakukan
identifikasi terhadap penyempitan yang terjadi di
aliran sungai ini. Karena tak kunjung
direalisasikan, akibatnya warga yang terpaksa
menanggung akibatnya,” ungkap Leonardy
Sumber : http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Analisis
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Belum lepas perhatian rakyat Indonesia terhadap
bencana yang meluluhtantakkan Situ Gintung, kini
banjir bandang datang menghantam Kabupaten
Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Banjir bandang yang oleh masyarakat sekitar
disebut Galodo menghancurkan banyak
infrastruktur yang vital bagi masyarakat sehingga
melumpuhkan aktivitas sehari-hari. Kerugian
materil yang tidak sedikit harus dialami para
korban. Bencana ini mungkin bukan hanya faktor
alam semata. Hujan berkepanjangan yang
belakangan ini melanda hampir seluruh wilayah
Indonesia seharusnya melahirkan kewaspadaan
pada aparat setempat terhadap areal-areal yang
berpotensi mendatangkan bencana yang
membahayakan.
Rekomendasi
Kerjasama semua pihak sangatlah perlu dijalin
untuk meminimalisasi kerugian akibat bencana
alam. Perhatian pemerintah terhadap pemeliharaan
tempat-tempat yang memungkinkan sebagai
pangkal terjadinya bencana harus direalisasikan.
Sedangkan masyarakat sebaiknya tidak memilih
tempat-tempat rawan bencana untuk bermukim.
Untuk bencana yang sudah terjadi pemerintah
harus segera merelokasi para korban dan
memperbaiki infrastruktur yang rusak
--------------------------------
Semua kecamatan yang kebanjiran terletak di kaki
Gunung Merapi. Kejadian terparah di Kabupaten
Tanah Datar. Hingga Senin malam, 788 warga di
Kabupaten Tanah Datar terpaksa mengungsi
karena kehilangan rumah serta sekuruh harta
benda mereka. Dari pengamatan di lapangan di
Nagari Pasie Laweh-tempat yang mengalami
kerusakan terparah-dua jorong yakni Babussalam
dan Ekor Koto, tertutup lumpur tanah, bebatuan
besar, serta pohon-pohon tumbang., sejumlah
rumah rusak parah.
Sumber : Kompas, 31/03/2009
Banjir Bandang Sumbar, 350 Jiwa Mengungsi 36
Bangunan Rusak Berat
Banjir bandang disertai tanah longsor di Sumatera
Barat melanda 9 kecamatan di Kabupaten Tanah
Datar dan Kabupaten Agam. Untuk sementara, 6
orang dinyatakan hilang terbawa derasnya air.
Bencana yang memiliki istilah lokal Galodo ini juga
menimbulkan kerugian material di Kabupaten
Tanah Datar. Sebanyak 5 jembatan ambruk, 11
kerbau hanyut, dan ratusan hektar sawah terndam
lumpur. Sedikitnya 120 jiwa terisolasi di Tanah
Datar.
Sumber : SIB, 31/03/2009
Sungai Sariak Kembali Dihondoh Galodo
Pagi menjelang siang, Senin (30/3) sekitar pukul
07.30 Wib, masyarakat Jorong Sungai Sariak
Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso, Kabupaten
Agam kembali dikejutkan musibah bencana alam
galodo gunung Merapi. Bencana itu mengingatkan
warga pada galodo yang terjadi 30 tahun silam.
Kerugian akibat bencana alam galodo gunung
Merapi di Jorong Sungai Sariak mencapai
Rp3.742.000.000. Kerugian itu meliputi sebuah
jembatan Parak Calak rusak parah, hamparan
sawah sekitar 30 hektare porakporanda, sejumlah
pohon kelapa tumbang dan seekor ternak kerbau
milik Amzar St. Rajo Intan turut mati dihanyutkan
air bah.
Jika hamparan sawah di Jorong Sungai Sariak
Nagari Koto Tinggi mengalami rusak parah, pada
aliran sungai Batang Agam Nagari Padang Tarok
hamparan sawah terban masuk sungai Batang
Agam.
Bencana alam galodo juga terjadi di kawasan
Kecamatan Canduang dan Ampek Angkek.
Informasi terakhir yang diperoleh Singgalang dari
Posko penanggulangan bencana Kecamatan
Canduang, kerugian ditaksir Rp10 miliar lebih,
belum termasuk di Kecamatan Ampek Angkek.
Sumber http://hariansinggalang.co.id , 31/03/2009
Galodo di Candung, Baso dan IV Angkek 133 KK
Terisolasi, Kerugian Rp15 Miliar
Tiga kecamatan, masing-masing Kecamatan
Candung, Baso dan IV Angkek, Kecamatan
Candung Kabupaten Agam, Senin (30/3), sekitar
pukul 06.00 Wib dihantam musibah air bah galodo.
Akibatnya, sekitar 130 KK di Jorong Puti Ramuah
terisolasi.
Bencana itu juga menghancurkan sekitar 19,5
hektare persawahan masyarakat siap panen hancur
dan 6 jembatan rusak, 4 di antaranya terletak di
Simpang Bukik, Jorong Lurah Ampuah, Batang
Sikuau, Puti Ramuah, 100 Janjang dan di Jorong
Lasi Mudo.
Selain itu, 4 bendungan dan 13 pintu air juga
mengalami rusak berat, 1 langgar, 1 tiang listrik
rusak ringan, dan dam kantor walinagari juga
rusak berat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ditemukan
adanya korban jiwa. Hanya saja, empat ekor kerbau
ditemukan warga mati di Sungai Angek Kecamatan
Baso karena terbawa galodo. Kerugian materi
sementara diperkirakan sekitar Rp15 miliar.
“Jembatan di Jorong Puti Ramuah yang rusak
berat akan segera diperbaiki kapan perlu dengan
jembatan darurat saja. Kalau tidak, maka sekitar
130 KK yang berada di Jorong tersebut akan lama
terisolasi. Kita berharap jembatan ini cepat kita
antisipasi supaya warga tidak terisolasi,’’ ujar
Camat Candung Monisfar, S.Sos.
Pemandangan di Jorong Puti Ramuah sangat
memilukan hati, karena banyak warga yang
kembali dari pasar Baso tidak bisa kembali ke
rumahnya lantaran jembatan di jorong tersebut
rusak berat.
Bupati Agam, Aristo Munandar yang hadir di lokasi
galodo menyebutkan, lokasi terparah akibat galodo
ini yaitu di Kecamatan Candung tepatnya di Jorong
Labuang. Sedangkan untuk Jorong Puti Ramuih
yang terisolasi, pihaknya sedang berusaha
membangun jembatan darurat.
sumber : http://hariansinggalang.co.id ,
31/03/2009
Sumbar Berduka : Galodo di Agam dan Tanahdatar,
Solsel Banjir, Kabupaten Solok Longsor
Galodo kembali menebar maut dan kerugian
materil di Sumbar. Kali ini menghantam daerah
Baso Kabupaten Agam dan Pasia Laweh,
Kecamatan Sungaitarab, Kabupaten Tanahdata.
Selain itu, musibah banjir juga melanda Solok
Selatan dan Kabupaten Solok dilanda longsor.
Dalam peristiwa kemarin, dilaporkan satu nyawa
melayang, dua hilang dan dua korban dirawat.
Sedangkan, kerugian materil yang dialami kedua
daerah yang dilanda galodo mencapai Rp 35 miliar,
dari kehancuran sarana dan prasarana pertanain,
transportasi dan rumah warga serta fasilitas umum
lainnya.
Kejadian itu diawali bunyi “Patuih Tungga” (petir
tunggal) dan ditingkahi gemuruh bebatuan yang
terban dari kaki Gunung Marapi, Nagari Pasia
Laweh Kecamatan Sungaitarab luluh lantak oleh
ribuan kubik material bebatuan dan air bah, tidak
hanya sampai di nagari ini, air bah yang
menggulung bak raksasa itu terus menghantam
pemukiman masyarakat yang ada di hilirnya seperti
Jorong Mandahiliang, Tigo Batua dan Koto
Panjang, Nagari Sungai Tarab.
Air bah yang menghantam Pasia Laweh ini berasal
dari Sungai Batang Sampik, sebuah sungai yang
tidak terlalu besar terletak di kaki Gunung Marapi.
Sungai ini sendiri terletak di celah dua buah bukit.
Disebutkan Wali Jorong Babusalam Muswar D,
secara berkala sebenarnya warga Pasia Laweh
melihat aliran sungai yang terletak tepat di atas
nagari mereka itu, tujuannya untuk mengantisipasi
jangan sampai hulu air itu terhalang kayu dan
longsoran yang berakibat munculnya bendungan.
Sebab pada galodo Pasia Laweh tahun 1979 silam,
penyebabnya diperkirakan akibat bobolnya
bendung alami di Batang Sampik. Terakhir warga
setempat membersihkan aliran Batang Sampik
tahun 2007 lalu.
POSMETRO yang sampai di lokasi pukul 10.00 ,WIB
melihat ribuan kubik bebatuan dengan diameter
antara satu hingga tiga meter bertebaran di lokasi
selain itu terlihat pula batang kayu dengan
diameter bervariasi.
Sumber : http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Tiga Ribu Rumah Gelap Gulita, Longsor Rugikan
PLN Rp 350 Juta
Bencana longsor dan banjir bandang di tiga daerah
Sumbar (Tanahdata, Agam dan Sawahlunto-red)
tidak hanya merusak rumah dan persawahan milik
warga. Namun juga instalasi listrik milik PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di Kecamatan
Sungai Tarab, Nagari Pasia Laweh dan Kecamatan
Pariyangan sekitar 3 ribu kk pelanggan terkena
pemadaman.
Diperkirakan tiga hari ke depan semua kerusakan
bisa diperbaiki. Saat ini, petugas PLN Ranting
Batusangka Cabang Payokumbuah, dibantu AKLI/
AKLINDO sedang melakukan perbaikan jaringan
listrik. “Untuk sementara sistem sudah dimanuver
dari Padang Panjang dan Gardu Induk Salak. Kita
harapkan kerusakan ini cepat teratasi. Jika listrik
rusak, tentu warga semakin susah karena tidak ada
penerangan,” kata Humas PLN Sumbar Asril K.
Sumber http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Di Agam Tiga Jembatan Hancur
Tiga jembatan hancur, 13 unit pintu air irigasi dan
empat unit bendungan di Kecamatan Canduang
dan Lasi, hanyut dibawa air bah (galodo), Senin
(30/3). Akibatnya, ratusan hektare sawah yang ada
di tiga kecamatan (Kecamatan Baso, Canduang dan
IV Angkek) terancam menjadi sawah tadah hujan.
Air bah tersebut berasal dari aliran Sarasah Gadang
dan Sarasah Simalanca di Gunuang Marapi.
Kawasan yang terkena galodo ini, bukanlah yang
pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 1978,
kejadian serupa pernah terjadi. Waktu itu, banyak
korban jiwa berjatuhan. Selanjutnya, kejadian
serupa juga terjadi pada 1994.
Ketua DPRD Sumbar H Leonardy Harmainy SIP Dt
Bandaro Basa yang mengunjungi lokasi musibah
bersama Bupati Agam Aristo Munandar
menyebutkan, galodo (air bah-red) yang terjadi ini
akibat terjadinya penyempitan di sepanjang badan
sungai yang airnya berasal dari Gunuang Merapi
itu.
Menurut Leonardy, kejadian yang berulang untuk
yang ketiga kalinya ini, merupakan kegagalan dari
Dinas PSDA (Pemberdayaan Sumber Daya Air)
dalam mengidentifikasi penyempitan yang terjadi di
sungai tersebut. “Saya telah menyarankan PSDA
semenjak dua tahun lalu, untuk melakukan
identifikasi terhadap penyempitan yang terjadi di
aliran sungai ini. Karena tak kunjung
direalisasikan, akibatnya warga yang terpaksa
menanggung akibatnya,” ungkap Leonardy
Sumber : http://www.posmetropadang.com ,
31/03/2009
Analisis
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Belum lepas perhatian rakyat Indonesia terhadap
bencana yang meluluhtantakkan Situ Gintung, kini
banjir bandang datang menghantam Kabupaten
Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Banjir bandang yang oleh masyarakat sekitar
disebut Galodo menghancurkan banyak
infrastruktur yang vital bagi masyarakat sehingga
melumpuhkan aktivitas sehari-hari. Kerugian
materil yang tidak sedikit harus dialami para
korban. Bencana ini mungkin bukan hanya faktor
alam semata. Hujan berkepanjangan yang
belakangan ini melanda hampir seluruh wilayah
Indonesia seharusnya melahirkan kewaspadaan
pada aparat setempat terhadap areal-areal yang
berpotensi mendatangkan bencana yang
membahayakan.
Rekomendasi
Kerjasama semua pihak sangatlah perlu dijalin
untuk meminimalisasi kerugian akibat bencana
alam. Perhatian pemerintah terhadap pemeliharaan
tempat-tempat yang memungkinkan sebagai
pangkal terjadinya bencana harus direalisasikan.
Sedangkan masyarakat sebaiknya tidak memilih
tempat-tempat rawan bencana untuk bermukim.
Untuk bencana yang sudah terjadi pemerintah
harus segera merelokasi para korban dan
memperbaiki infrastruktur yang rusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar